Monday, July 19, 2010

Surat untuk Papa: "Lilin ke 59"

Assalamualaikum..
Papa, apa kabar?
Hari ke 17 di tiap Juli baru berlalu..
Seharusnya kemarin kau meniup 59 lilinmu..
Namun 9tahun yang lalu kau telah pamit lebih dulu..
Angka 50 sudah cukup bagimu untuk membuktikan kebesaran hati & pribadi mu yg penuh inspirasi di kehidupan duniawi..

Papa, bagaimana disana?
Apakah langitnya cukup terang?
Udaranya penuh kehangatan?
Sejuk tentunya...
Tak ada yg pantas dirindukan disini..
Langit terlalu menusuk pandangan..
Udara pun telah enggan bekerja sama..
Seakan menabrak debu ditiap arah angin..

Papa, bagaimana disana?
Tentunya memiliki banyak teman berhati mulia dan tanpa kamuflase tawa..
Disini tak banyak berubah..
Isinya masih didominasi pribadi dengan lapisan bertubi-tubi..
Tiap kesalahan selalu ditutupi..
Alih-alih mengatasnamakan sosialisasi..
Seakan berjabat dengan gurun pasir, tiap lapisan dipenuhi fatamorgana..

Papa, bagaimana disana?
Pastilah berlomba-lomba meraih kasih Allah dengan berlaku tulus seraya mendendangkan alunan ayat dari kitab suci..
Disini pun banyak perlombaan, sama gaduhnya..
Namun gaduh yg sumbang..
Berlomba-lomba mencari kekayaan duniawi, sikut sana-sini..
Tutup mata,telinga & hati tiap menghadapi kenyataan masih banyak saudara yang jauh lebih kekurangan..
Entah siapa yg akan menang, karena lombanya pun abadi, tak ada habisnya, tak ada puasnya..
Lomba yg sifatnya retorik..

Papa, bagaimana disana?
Apakah disana pula memiliki peraturan & hukum?
Tentunya aturan disana sesuai kaidah, tidak bersifat merugikan, berkala sewajarnya..
Hukum disana pasti tidak rabun, apalagi sampai buta..
Adil bernafas disana, ketika benar adalah benar.. Dan salah seharusnya tetap salah..
Jangan kau tanya bagaimana disini, papa..
Semua masih sama, bahkan semakin kronis..
Hukum yg awalnya berpura-pura buta kini punya penyakit baru..
Hukum disini katarak sebelum waktunya..
Hukum nyaris jadi agama, dan UANG adalah Tuhan-nya...
Adil sudah meninggal menyusul dirimu, papa..
Adil disini tak diberi oksigen, tercekik sampai kehilangan nafas...

Papa, walau tak banyak yang bisa kau rindukan dari dunia..
Namun ingin sedikit kubagi pencerahan dari dunia...
Mereka yang selalu peduli pada langit dan udara..
Mereka yang berusaha memulai dari hal sekecil apapun untuk menjaga kebersihan alam..
Mereka yang mengasihi makhluk hidup sekitarnya..
Hewan dan tumbuhan dipelihara dengan penuh cinta..
Mereka yang bertindak mulai dari membuang sesuai pada aturannya, menggunakan seperlunya, dan menanamkan harapan ditiap-tiap tanah yang mereka pijak..

Mereka yang selalu mengasihi keluarga dan sahabat-sahabatnya..
Mereka yang bahkan selalu terketuk membantu kepada yang mereka tidak kenal sekalipun..
Mereka yang menganggap memberi tak selamanya harus dibalas dengan pamrih..
Mereka yang berkata jujur penuh santun terhadap orangtua nya..
Mereka yang menyadari bahwa memulai kebohongan kecil sama saja dengan langkah besar merusak masa depannya..
Mereka yang menghargai hasil karya saudara sesama manusia nya..
Mereka yang mengetahui bahwa menuding adalah dosa yang berbahaya..

Papa...
Disini pun masih ada mereka yang memperjuangkan nafas si adil bagi yang benar..
Mereka yang sukarela ditindas demi kebahagiaan anggota keluarga yang lain..
Mereka yang memilih mundur ketika perebutan atas sesuatu terjadi..
Mereka yang tidak memiliki sifat dominasi..
Mereka yang enggan bersentuhan dengan fatwa sepihak, aturan sosial baku, hipokrit dan memanfaatkan kasus semu, serta hal-hal majemuk seputar menutupi aib-aib qubra...
Mereka yang tau bahwa berpura-pura apalagi sampai membohongi publik serta merugikan satu karakter lain adalah kejahatan besar, maka mereka tak ingin termasuk dalam golongan itu..
Mereka yang masih punya HATI...

Papa, istirahatlah yang tenang disana..
Karena kebahagiaan duniawi tak sebanding dengan apa yang terjadi nantinya disana..
Papa, nikmatilah keadaan disana..
Paket doa akan selalu dikirimkan tiap malam dari istrimu yang selalu setia serta 3 anakmu yang tak pernah berhenti menggumam doa bagimu...
Doakan semoga istri dan ketiga anakmu, mampu bertahan menjadi "mereka" yang tau mana yg baik dan mana yg salah..

Istirahat yang tenang, papa...
Selamat meniup 59 lilinmu di surga firdaus..
Wassalamu'alaikum.

12 comments:

trilaksa room said...

Semoga Beliau tersenyum bahagia di sana, setelah mendengar doa dan isi hati anda melalui tulisan ini, Amin.. :)

Sulthon Burhani Ahmad said...

mantabs gan :D

Agita Puspita said...

Papamu pasti bangga bgt sm kamu ya..
Coz kmu Insya Allah anak yg sholeha
Yg selalu ingat mendoakan papanya
Dan dy akan tersenyum puas melihat
Bunda mia, ka amy km dan temy dpat survive
Wl dy sudah tidak ada di dunia ini..
Wujudnya memang sudah ada tp..
Dirinya akan slalu ada di hati kalian...

Btw dr dl km tuh bs nulis
Ayo keluarin kasornya :p

Black Box said...

memang beda hasil dari tulisan yang memakai hati ya Ya :)
great post I must say

Unknown said...

very touching post aya...
i really loved it
makes me remember my mom...

Unknown said...

what goes arround comes arround.

soraya, kamu bisa cek blog tepiankota.blogspot.com, buat saya barangkali aspirasi kamu cocok dengan isi tukisan di blog itu.

juga, tulisan kamu ngingetin saya dengan seorang presenter tv yang cukup sepuh tapi jadi panutan juga buat saya, kemampuan dia di depan layar dan keahlian dia di belakang pentas cukup oke. Karyanya cukup banyak, bahkan ketika sebuah rezim berkuasa, bukunya yang berjudul "sebungkah emas di kaki pelangi" sempat mendapat "perhatian khusus" dari pemerintah. Pak Bondan memang oke bos!

salam,
Kindi (idcyber@yahoo.com)

EmprEh said...

Waduh mbak di plud Intip

Tarombo Turnip said...
This comment has been removed by the author.
Tarombo Turnip said...

ntah mengapa aku sesak ketika melihat ada sebuah pilihan yang sulit "mengapa harus ada pilihan..?"
kesedihan hatiku yang miris melihat Caesar mendadak lampu ditekan menjadi merah.... dan satu peserta lampu tinggal hijau itulah si"bule" yang kau sematkan dalam suatu acara dimata ribuan penonton televisi...OMG...

dengan rasa penasaran Jam 23.14 WIB belum selesai acara tersebut kupacu mesin motorku yang tak seberapa ini ketempat usaha Warnetku yang tak seberapa juga... dan alhasil ku teringat dengan nickname itu diacara tersebut dan dirimu mengatakan ada sebuah blog yang kau buat, dengan rasa penarasan ku search dan akhirnya kudapati blogmu ini, sudah miris melihat acara TMO "Bertambah mirislah akhirnya kubaca sebuah kisah nyata yang berjudul Surat untuk Papa-lilin ke 59"
pastinya karena hal yang sama terjadi juga padaku hanya beda anda 9 thn dan saya baru 2 thn ditinggal...
Wokehhhhh... kutahu hati kecilmu yang benar LANJUTKAN kehidupanmu didunia yang KERAS ini, pakailah didikan lilin ke 59 itu, yang sudah ditempanya padamu...

Salam dari Owners H@RtNet - Lampung

Vida Tobing said...

hmm...:) kalo aku "Mama" yg sudah tiada :|, pasti Papa km bangga melihat km...tetaplah berdoa buat Papa km ya...slm kenal dari vida

Soraya Hylmi said...

Makasiii buat komen positifnya, guys :)
Mohon dicek posting blog yg baru..
Enjooyyyy ;)

A Tough Man In Search of Self said...

Betapa Bahagianya Dia yang Telah Memiliki Keluarga & Anak2 Seperti ini..
GBU..
:))
Pasti Beliau Bahagia Disana..
AMIN...