Postingan berikut merupakan buah tulisan dari sahabat menyerupai saudara perempuan beda ibu+bapak yang saya cintai. She goes with a nick "Widya Cat Lady". Memohon-mohon sambil merengek penuh drama agar tulisan ini dimuat di blog saya, IYAH BLOG SAYA..!!! Namun kalo sudah cinta mati yah pasrah aja ditodong begini. Gaya bahasa tulisan khas WCL sendiri, jadi teman2 harus lebih ekspresif ketika membaca posting-an ini.
Tulisan inipun semata-mata dia buat karena didasari kecintaannya akan potensi sepakbola di negeri Indonesia tercinta. WCL, 26tahun (sejak tulisan ini dimuat) sudah berkecimpung di dunia jurnalis olahraga selama kurang lebih 7tahun. Recently, she works as sportcaster/anchor at Metro TV. She's one of the coolest chick with an extremely smart brain. She's one of a kind.
Apabila ada yg tersentuh atau tersinggung atau merasa sepenanggungan dengan postingan berikut, semuanya kita kembalikan ke nalar masing-masing.
One thing for sure: "DON'T KILL THE MESSENGER"
----------------------------------------------
Nope...bukan terinspirasi dr lagu one hit wonder itu...ini kisah soal si Udin Beckham di kampung Cisule...adalah Syaifudin nama lengkapnya,mengenai embel2 Beckham di belakangnya konon krn Udin mampu membuat "banana shot" alias tendangan melengkung macam Beckham..
Udin adalah anak sulung dr 2 bersaudara,ayahnya hilang sejak dirinya kelas 1SD,sementara emak menopang hidup keluarganya dengan menjadi buruh cuci dan menjual jajanan pasar. Udin sendiri siswa smp yg biasa2 saja,sampai suatu hari dia bermain bola di ajang 17 agustus an di kampungnya,dan membuat "banana shot" td..dari situlah dirinya disebut Udin Beckham.
Kebetulan guru olahraga Udin,pak Zul, melihat aksi nya,dan menyadari bahwa sang anak pny bakat terpendam. Sampai lah pak Zul berniat melatih Udin,agar bisa diikutsertakan dalam kompetisi sepak bola antar sekolah...
Ternyata pak Zul ini punya sense yg sama dengan Sir Alex mengenai bakat dan skill pemain. Terbukti,Udin di bawah komando latihan disiplinnya menjelma menjadi atlit..hampir atlit...,latihan fisik,dribbling,passing dll...hingga nama Udin Beckham selalu dicantumkan pada starting eleven..
Berbagai level kompetisi pun dilahapnya,antar sekolah,RT-RW,sekecamatan,dan akhirnya...se-provinsi....terimakasih kepada pak Zul,Udin pun berhasil lolos sebuah akademi sepakbola ApaRintis yang menggembleng anak-anak U-15,yang nantinya akan ditarik ke timnasInd. Banyaknya kompetisi yg diikuti Udin pun terlihat jelas pada sepatu Eagle (satu2 nya warisan dr sang ayah,yg bahkan bukan sepatu khusus bola) nya yg semakin memprihatinkan...namun sebagai anak yg tahu diri dan sayang dengan orang tua,dirinya tak berani meminta sepatu...dia tau emak tak sanggup diberi lagi beban tambahan berupa sepatu bola..namun di sisi lain,pertandingan yang akan diikutinya bersama tim Aparintis bulan depan itu berlangsung di Singapura...ini adalah pertandingan internasional..besar...dunia...Udin clueless....yang Udin tidak tahu,sang emak pun sedih melihat kenyataan bahwa sang anak perlu sepatu untuk menunjang prestasi nya..emak hanya bisa berdo'a...
Tapi Tuhan memang penyayang anak yatim...tiba2 saja emak mendapat sebuah liontin dari dalam sabun cuci 500perak!!! Emak kemudian tergopoh2 ke pasar,menjual liontin yang seharusnya bertengger di lehernya...instead,dia membeli sepatu khusus sepakbola untuk Udin...emak pun memilih Super Black 007 untuk Udin..
Kaget,terharu,bahagia...ketika emak memberikan sepatu itu di hadapan muka remaja tanggung itu...maka dalam kompetisi pertama bersama akademi ApaRintis itulah Udin Beckham berlaga dengan SuperBlack 007!!
Pertama kali foto paspor,pertama kali naik pesawat,pertama kali ke luar negeri,membuat Udin terlihat sangat ndeso...namun gol yg dia ciptakan...berkelas dunia..dalam ajang International Soccer Tournament U-15 itu,Udin berhasil mencetak hattrick,dan membuat Ind meraih medali emas!!!!
Sepulang ke tanah air,ApaRintis membuat rekomendasi atas prestasi Udin Beckham ke PSSI...hingga saat ini mmg blm di follow up krn mungkin PSSI sendiri msh membenahi manajemen barunya..
Namun yang pasti...Udin berlari membawa medali emas kebanggaan nya,menerjang pintu rumah reyotnya,dan langsung memeluk emak tersayang...Udin pun mengalungkan medali emas itu ke leher emak..."Ini emas untuk emak..anggap saja pengganti kalung tempo hari mak" :')
Moral cerita: tidak ada batasan untuk siapapun untuk berprestasi,label ndeso,dan kere bisa diluluhkan dengan kerja keras dan kesungguhan...prestasi memang tidak selalu berbanding lurus dengan kondisi ekonomi,medali memang tidak bisa dikonversi menjadi nasi...namun yang tidak terbeli adalah harga diri alias dignity...Udin memang tidak bisa mengurangi angka kemiskinan,atau mereduksi jumlah koruptor,namun setidaknya dia menciptakan prestasi..hal yang nyata bagi emak...dan bangsa...Indonesia Raya...Merdeka!!!